Jumat, 13 Mei 2011

GANGGUAN SISTIM SARAF

1. Lumbal Puncsi (LP)
A. Test Diagnostik
1. Pengertian
adalah upaya pengeluaran cairan serebrospinal dengan memasukan jarum ke dalam ruang subarakhnoid. (Brunner and Suddarth’s, 1999)
2. Tujuan
Bertujuan mengambil cairan cerebrospinal untuk kepentingan pemeriksaan/ diagnostik maupun kepentingan therapi.
3. Indikasi
 Untuk Diagnostik
 Kecurigaan meningitis
 Kecurigaan perdarahan sub arachnoid
 Pemberian media kontras pada pemeriksaan myelografi.
 Evaluasi hasil pengobatan.
 Untuk Therapi
 Pemberian obat antineoplastik atau anti mikroba intra tekal.
 Pemberian anesthesi spinal.
 Mengurangi atau menurunkan tekanan CSF.
4. Kontra Indikasi
 Syock/renjatan
 Infeksi local di sekitar daerah tempat pungsi lumbal
 Peningkatan tekanan intracranial (oleh tumor, space occupying lesion,hedrosefalus)
 Gangguan pembekuan darah yang belum diobati.
5. Anestesi local
 Spuit dan jarum untuk memberikan obat anestesi local
 Obat anestesi loka (lidokian 1% 2 x ml), tanpa epinefrin. (Reis CE, 2006)
 Tempat sampah.

B. Penatalaksanaan
1. Persiapan pasien
Pasien diposisikan tidur lateral pada ujung tempat tidur dengan lutut ditarik ke abdomen. Catatan : bila pasiennya obesitas, bisa mengambil posisi duduk di atas kursi, dengan kursi dibalikan dan kepala disandarkan pada tempat sandarannya.

2. Persiapan Alat
 Sarung tangan steril
 Duk lubang.
 Kassa steril, kapas dan plester.
 Jarum pungsi lumbal no. 20 dan 22 beserta stylet.
 Antiseptic: povidon iodine dan alcohol 70%
 Tabung reskasi untuk menampung cairan serebrospinal.
3. Prosedur Pelaksanaan
 Lakukan cuci tangan steril.
 Persiapkan dan kumpulkan alat-alat
 privacy pasien
 Bantu pasien dalam posisi yang tepat, yaitu pasien dalam posisi miring pada salah satu sisi tubuh. Leher fleksi maksimal (dahi ditarik kearah lutut), eksterimitas bawah fleksi maksimum (lutut di atarik kearah dahi), dan sumbu kraniospinal (kolumna vertebralis) sejajar dengan tempat tidur.
 Tentukan daerah pungsi lumbal diantara vertebra L4 dan L5 yaitu dengan menemukan garis potong sumbu kraniospinal (kolumna vertebralis) dan garis antara kedua spina iskhiadika anterior superior (SIAS) kiri dan kanan. Pungsi dapat pula dilakukan antara L4 dan L5 atau antara L2 dan L3 namun tidak boleh pada bayi.
 Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius 10 cm dengan larutan povidon iodine diikuti dengan larutan alcohol 70 % dan tutup dengan duk steril di mana daerah pungsi lumbal dibiarkan terbuka.
 Tentukan kembali daerah pungsi dengan menekan ibu jari tangan yang telah memakai sarung tangan steril selama 15-30 detik yang akan menandai titik pungsi tersebut selama 1 menit.
 Anestesi lokal disuntikan ke tempat penusukan dan tusukkan jarum spinal pada tempat yang telah di tentukan. Masukkan jarum perlahan – lahan menyusur tulang vertebra sebelah proksimal dengan mulut jarum terbuka ke atas sampai menembus durameter. Jarak antara kulit dan ruang subarakhnoi berbeda pada tiap anak tergantung umur dan keadaan gizi. Umumnya 1,5 – 2,5 cm pada bayi dan meningkat menjadi 5 cm pada umur 3-5 tahun. Pada remaja jaraknya 6-8 cm.
 Lepaskan stylet perlahan – lahan dan cairan keluar. Untuk mendapatkan aliran cairan yang lebih baik, jarum diputar hingga mulut jarum mengarah ke cranial. Ambil cairan untuk pemeriksaan.
 Cabut jarum dan tutup lubang tusukkan dengan plester
 Rapihkan alat-alat dan membuang sampah sesuai prosedur rumah sakit
 Cuci tangan
 Setelah Prosedur
 Klien tidur terlentang tanpa bantal selama 2-4 jam.
 Observasi tempat fungsi terhadap kemungkinan pengeluaran cairan cerebrospinal.
 Bila timbul sakit kepala, lakukan kompres es pada kepala, anjurkan tekhnik relaksasi, bila perlu pemberian analgetik dan tidur sampai sakit kepala hilang.
 Komplikasi
 Haerniasi tonsiler.
 Meningitis dan empiema epidural atau sub dural.
 Sakit pinggang.
 Infeksi
 Kista epidermoid intraspinal
 Kerusakan diskus intervetebralis




















2. Angiografi
A. Test Diagnostik
1. Pengertian
Adalah sistem diagnostik yang berfungsi untuk pemotretan pembuluh darah dengan bantuan penyuntikan bahan kontras ke dalam pembuluh darah dan menggunakan system foto seri yang membutuhkan beberapa buah film pada setiap exposure.
2. Tujuan
 Untuk mendeteksi problem pada pembuluh darah yang ada di dalam atau yang menuju otak (contohnya, aneurysma, malformasi pembuluh datah, trombosis, penyempitan atau penyumbatan)
 Untuk mempelajari pembuluh darah otak yang letaknya tidak normal (karena tumor, gumpalan darah, pembengkakan, spasme, tekanan otak meningkat, atau hydrocephalus)
 Untuk menentukan pemasangan penjepit pembuluh darah pada saat pembedahan dan untuk mencek kondisi pembuluh tersebut.
 Sinar Yang Tejadi Selama Tes :
 Anda akan dibaringkan pada meja penyinaran pada saat dilakukan injeksi. Anda perlu berbaring dengan posisi lengan di sisi Anda.
 Kemudian jarum dimasukkan ke arteri. Setelah dilakukan sinar-X untuk melihat letak jarum, dokter menginjeksikan cairan kontras khusus. Anda akan merasa seperti terbakar sesaat pada saat cairan kontras disuntikkan. Setelah itu Anda akan merasa hangat dan kemerahan, nyeri kepala sebentar, atau merasa asin di mulut. Bahkan mungkin Anda akan mual dan muntah.
 Setelah injekdi, dilakukan penyinaran -X, hasilnya diproses, dan dilihat. Tergantung pada hasil tersebut, mungkin akan dimasukkan cairan kontras lagi dan dilakukan penyinaran sinar-X serial. Jika sudah didapatkan hasil penyinaran sinar-X serial yang memuaskan, dokter menarik jarum, perawat akan mencek apakah ada perubahan dan memasang perban.

 Yang Terjadi Setelah Tes :
 Biasanya, Anda akan beristirahat di tempat tidur selama 12 sampai 24 jam dan mendapat obat untuk nyeri. Perawat akan memeriksa Anda setiap jam selama 4 jam pertama dan kemudian tiap 4 jam.
 Anda akan dikompres es pada tempat suntikkan untuk membuat rasa nyaman dan mengurangi pembengkakan.
 Jika injeksi pada paha dalam, maka jagalah kaki tetap lurus selama 12 jam atau lebih. Jika pada daerah leher, perawat akan memeriksa kemampuan menelan dan pernafasan Anda.
 Setelah tes. Anda bisa kembali ke diet normal. Minumlah cairan untuk membantu mengeluarkan cairan kontras.
3. Indikasi
 Penyakit koroner
 Serangan angina baru
 Angina tidak stabil
 Iscemia tidak tampak
 TMT (Treadmill Test positif)
 Nyeri dada
 Infark miocard
 Angina tidak stabil post infark
 Gagal thrombosis
 Shock
 Komplikasi mekanik
 Evaluasi :
 Post operasi CABG (Coronary Bypass Graff)
 Post PTCA
 Penelitian


4. Kontra Indikasi
 Relatif
 Cronic heart failure tidak terkontrol, hipertensi, aritmia
 Cerebrovasculer accident / cerebrovasculer desease  1 bulan
 Infeksi / demam
 Elektrolit inbalance
 Perdarahan gastro intestinal akut
 Kehamilan
 Anti koagulasi
 Pasien tidak kooperatif
 Keracunan obat
 Gagal ginjal
 Mutlak
 Tidak cukup perlengkapan / fasilitas

B. Penatalaksanaan
 Persiapan Pasien
 Menjelaskan prosedur pelaksanaan, sensasi yang terjadi (rasa terbakar saat penyuntikan zat kontras yang lama kelamaan akan menghilang).
 Hal yang perlu dilakukan setelah tindakan dilakukan.
 Surat izin tindakan telah di tandatangani pasien/keluarga
Komplikasi yang mungkinterjadi adalah hematom pada daerah suntikan dan keracunan zat kontras. Hematoma dapat dicegah dengan melakukan balut tekan pada daerah suntikan sedangkan alergi zat kontras di cegah dengan pemberian anti alergi sesuai program.
Setelah prosedur, observasi tanda-tanda vital setiap jam sampai kondisi stabil, kompres es dapat di berikan pada daerah suntikan untuk menghilangkan rasa nyeri dan mengurangi/mencegah hematoma,klien tidur terlentang tanpa bantal selama 24 jam, jika penyuntikan dilakukan pada arteri femoralis, tungkai harus tetap lurus selama 6-8 jam, catat dan segera laporkan selama perubahan-perubahan neurologi seelah tindakan angiografi.
 Persiapan Alat dan Bahan
 Alat
 Satu set angio pack yang terdiri dari
 Abdominal sheet 1
 Towel segi empat 3
 Lithotomy sheet 1
 I/I cover 1
 Hand towel 2
 Goun 2
 Sigle Layer 1
 Satu set angio instrument yang terdiri:
 Sponge Holder 1
 Towel Clip 4
 Arteri klem besar 1
 Arteri klem kecil 1
 Galipot 2
 Kidney disk 2
 Round bowl 1
 Tray 1
 Gauze swab 2 pack
 Gauze depper 1 pack
 Syringe 10 cc 2
 Blade scapel No: 11 1
 Nedle percutan 1
 Introduser sheath 1 set
 J wire 0.038 inc 3 mm 150 cm 1
 Kateter Judkin Left 4 6 F 1
 Kateter Judkin Right 4 6 F 1
 Kateter pigtail 6 F bila diperlukan
 Pressure monitor Line152 cm 1
 Glove steril 1 pc
 Three Way rotating 1
 Dome steril 1
 Cairan
 Nacl 0.9 % + heparin 2500 iu 2 flb
 Betadin Solution secukupnya
 Alkohol 70% secukupnya
 Obat-obatan
 Lidokain 2%/xylocain 5 amp/20 cc
 Kontras secukupnya
 Prosedur Pelaksanaan
 Pasien masuk ruang tindakan
 Dilakukan perekaman EKG (Elektrokardiografi) 12 lead
 Preparasi daerah yang akan dilakukan pungsi bila FEAR(Femoral arteri right) bersihkan daerah inguinalis kanan dan kiri dengan betadin 10%secara aseptik dan anti septik
Bila di radialis / brakialis bersihkan dengan betadin 10% daerah sekitarnya .dengan teknik aseptic dan antiseptik.
 Tutup daerah ,tusukan dengan duk.lubang,daerah dada dan perut dengan laken dan daerah extremitas bawah dengan laken besar,semua dalam keadaan steril.
 Dilakukan anestesi lokal dahulu ,dengan lidocain 2 % kemudian dibuat sayatan /luka kecil.
 Dilakukan pungsi FEAR , masukan J wire / pendek.
 Setelah J wire pendek masukan sheath jarum dicabut wire dipertahankan pada pembuluh darah, kemudian sheath masuk bersama introduser J wire pendek, dicabut .
 Spoel sheath dengan NaCL + heparin 2500 iu, sebelumnya .aspirasi ,spoul sampai bersih .
 Masukan kateter JUDKIN RIGHT 4. 6 F .yang didalam nya sudah ada J wire panjang. masukan sampai + 1/3 bawah lutut dan tahan wire.
 Bila kateter sudah sampai di sinus valsava, dorong wire panjang pada saat sistolik supaya masuk ke LV(Left Ventrikel),setelah masuk LV tarik wire panjang .saambung dengan three way aspirasi sedikit kemudian di lakukan pengukuran dan pullback kateter untuk mengukur gradien .
 Bila kateter sudah masuk ke muara RCA(Right Coronary Arteri)
 Dilakukan kororanografi dengan posisi RAO(Right Anterior Obliqe) 300 dan LAO(Left Anterior Obliqe) 400, CRANIAL 150 – 200.
 Cabut cartheter dan ganti dengan JUDKIN LEFT 4 6 F.
 Lakukan pengambilan gambar pada posisi :
• LAO – CRANIAL ( 400 – 250
• RAO – CAUDAL ( 20 – 20 )
• CRANIAL ( 300 )
• CAUDAL ( 30 )
• ( LAO 45 – CAU 20 )
 Cabut kateter dan ganti dengan pigtail untuk LV grafi bila diperlukan.
 Masukkan pigtail sampai LV dan sambung kateter dengan alat injektor dengan ketentuan volume 30 kecepatan 12 ml / sec dengan posisi RAO 30 tekanan 450 Psi
 Prosedur selesai pasien diberi penjelasan bersihkan daerah tusukan, alat – alat di bersihkan dan di rendam
 Pasien di pindahkan ke RR(Recovery Room).


3. CT Scan
A. Test Diagnostik

1. Pengertian
Metode pencitraan yang menghasilkan bidang atau irisan dari tubuh manusia dan informasi anatomi,yang dibuat melalui sintesa computer dari sinar X yang di munculkan pada visual display.
2. Tujuan
Untuk mendiagnosa kelainan-kelainan yang terdapat di dalam tubuh manusia, juga sebagai evaluasi terhadap tindakan atau operasi maupun terapi yang akan di lakukan terhadap pasien.
3. Indikasi
 Trauma kepala
 Kerusakan serebrovaskuler
 Identifikasi adanya tumor otak
 Abses otak
 Perdarahan intraserebral
 Hydrosephalus
 Perkembangan abnormal otak
4. Kontra Indikasi
 Pasien tidak kooperatif
 Alergi bahan iodine bagi yang menggunakan kontras









B. Penatalaksanaan
 Persiapan pasien
 Pasien harus diberitahu sebaiknya dengan keluarga. Pasien diberi gambaran tentang alat yang akan digunakan. Bila perlu berikan gambaran dengan mengunakan kaset video atau poster, hal ini dimaksudkan untuk memberikan pengrtian pada pasien dengan demikian mengurangi stress sebelum waktu prosedur dilakukan. Test awal yang dilakukan meliputi :
 Kekuatan untuk diam ditempat (dimeja scanner) selama 45 menit.
 Melakukan pernafasan dengan aba-aba (untuk keperluan bila ada permintaan untuk melakukannya) saat dilakukan pemeriksaan.
 Mengikuti aturan untuk memudahkan injeksi zat kontras.
 Penjelasan kepada klien bahwa setelah dikakukan injeksi zat kontras maka wajah akan nampak merah dan terasa agak panas pada seluruh badan , dan hal ini merupakan hal yang normal reaksi dari obat tersebut. Perhatikan keadaan klinis klien apakah pasien mengalami alergi terhadap iodene. Apa bila pasien merasakan adanya rasa sakit berikan anlgetic dan bila pasien merasa cemas dapat di berikan minor transqualizer. Bersihkan rambut pasien dari jelly atau obat-obatan. Rambut tidak boleh dikelabang dan tidak memakai wig.
 Teknik Pemeriksaan
 Posisi pasien : Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi kepala dekat dengan gantry.
 Posisi Objek : Kepala hiperfleksi dan diletakkan pada head holder. Kepala diposisikan sehingga mid sagital plane tubuh sejajar dengan lampu indikator longitudinal dan interpupilary line sejajar dengan lampu indikator horizontal. Lengan pasien diletakkan diatas perut atau disamping tubuh. Untuk mengurangi pergerakan dahi dan tubuh pasien sebaiknya difikasasi dengan sabuk khusus pada head holder dan meja pemeriksaan. Lutut diberi pengganjal untuk kenyamanan pasien ( Nesseth, 2000 ).

 Scan Parameter
• Scanogram : kepala lateral
• Range : range I dari basis cranii sampai pars petrosum dan range II dari pars petrosum sampai verteks.
• Slice Thickness : 2-5 mm ( range I ) dan 5-10 mm ( range II )
• FOV : 24 cm
• Gantry tilt : sudut gantry tergantung besar kecilnya sudut yang terbentuk oleh orbito meatal line dengan garis vertical.
• kV : 120
• mA : 250
• Reconstruksion Algorithma : soft tissue
• Window width : 0-90 HU ( otak supratentorial ); 110-160 HU ( otak pada fossa posterior ); 2000-3000 HU ( tulang )
• Window Level : 40-45 HU ( otak supratentorial ); 30-40 HU ( otak pada fossa posterior ); 200-400 HU ( tulang )

 Foto sebelum dan sesudah pemasukkan media kontras
Secara umum pemeriksaan CT-scan kepala membutuhkan 6-10 irisan axial. Namun ukuran tersebut dapat bervariasi tergantung keperluan diagnosa. Untuk kasus seperti tumor maka jumlah irisan akan mencapai dua kalinya karena harus dibuat foto sebelum dan sesudah pemasukan media kontras. Tujuan dibuat foto sebelum dan sesudah pemasukan media kontras adalah agar dapat membedakan dengan jelas apakah organ tersebut mengalami kelainan atau tidak.
 Gambar yang dihasilkan dalam pemeriksaan CT-scan kepala pada umumnya:
• Potongan Axial I
• Merupakan bagian paling superior dari otak yang disebut hemisphere. Kriteria gambarnya adalah tampak :


 Bagian anterior sinus superior sagital
 Centrum semi ovale (yang berisi materi cerebrum)
 Fissura longitudinal (bagian dari falks cerebri)
 Sulcus
 Gyrus
• Bagian posterior sinus superior sagital
• Potongan Axial IV
• Merupakan irisan axial yang ke empat yang disebut tingkat medial ventrikel. Criteria gambarnya tampak :


 Anterior corpus collosum
 Anterior horn dari ventrikel lateral kiri
 Nucleus caudate
 Thalamus
 Ventrikel tiga
 Kelenjar pineal (agak sedikit mengalami kalsifikasi)
 Posterior horn dari ventrikel lateral kiri
 Potongan Axial V
• Menggambarkan jaringan otak dalam ventrikel medial tiga. Kriteria gambar yang tampak :












 Anterior corpus collosum
 Anterior horn ventrikel lateral kiri
 Ventrikel tiga
Kelenjar pineal
 Protuberantia occipital interna
 Potongan Axial VII
• Irisan ke tujuh merupakan penggambaran jaringan dari bidang orbita. Struktur dalam irisan ini sulit untuk ditampakkan dengan baik dalam CT-scan. Modifikasi-modifikasi sudut posisi kepala dilakukan untuk mendapatkan gambarannya adalah tampak :







 Bola mata / occular bulb
 Nervus optic kanan
 Optic chiasma
 Lobus temporal
 Otak tengah
 Cerebellum
 Lobus oksipitalis
 Air cell mastoid
 Sinus ethmoid dan atau sinus sphenoid
 Persiapan Alat dan Bahan
 Alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan kepala dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Peralatan steril :
• Alat-alat suntik
• Spuit.
• Kassa dan kapas
• Alkohol
2. Peralatan non-steril
• Pesawat CT-Scan
• Media kontras
• Tabung oksigen
 Prosedur Pelaksanaan
 Posisi telentang dengan tangan terkendali.
 Meja elektronik masuk kedalam alat scanner
 Dilakukan pemantauan melalui komputer dan pengambilan gambar dari beberapa sudut yang dicurigai adanya kelainan.
 Selama prosedur berlangsung pasien harus diam absolut selama 2-45 menit.Pengambilan gambar dilakukan dari berbagai posisi dengan pengaturan komputer.
 Selama prosedur berlangsung parawat harus menemani pasien dari luar dengan memakai protektif lead approan.
 Sesudah pengambilan gambar pasien dirapikan.
















3. MRI (Magnetik Resonance Imaging)

A. Test Diagnostik

1. Pengertian
MRI( Magnetic Resonance Imaging ) merupakan suatu alat diagnostik mutakhir untuk memeriksa dan mendeteksi tubuh anda dengan menggunakan medan magnet yang besar dan gelombang frekuensi radio, tanpa operasi, penggunaan sinar X, ataupun bahan radioaktif. selama pemeriksan MRI akan memungkinkan molekul-molekul dalam tubuh bergerak dan bergabung untuk membentuk sinyal-sinyal. Sinyal ini akan ditangkap oleh antena dan dikirimkan ke komputer untuk diproses dan ditampilkan di layar monitor menjadi sebuah gambaran yang jelas dari struktur rongga tubuh bagian dalam
2. Tujuan
Memberikan gambar yang sangat jelas dari otak dan tulang belakang. MRI secara efektif telah menggantikan CT scan untuk mendiagnosa penyakit sebagian otak besar dan tulang belakang, beberapa pengecualian yang luar biasa mencakup pasien dengan fraktur tulang belakang dan trauma akut.
3. Indikasi
Pemeriksaan MRI dapat dilakukan pada berbagai organ dan sistem tubuh. Sebuah jaringan tubuh yang rusak akan menimbulkan pembengkakan (edema). Adanya pembengkakan ini akan memberikan warna kontras yang berbeda dengan jairngan normal. MRI dapat digunakan untuk berbagai kelainan di bidang saraf, anggota gerak tubuh, tumor, dan penyakit jantung.
 Di bidang saraf: stroke, tumor otak, kelainan mielinisasi otak, gangguan aliran cairan otak/hidrocephalus, beberapa bentuk infeksi otak, gangguan pembuluh darah otak, dsb.
 Di bidang muskuloskeletal: tumor jaringan tulang atau otot, kelainan saraf tulang belakang, tumor spinal, jeputan akar saraf tulang belakang, dsb.
 Di bidang kardiologi: pembuluh darah besar, pemeriksaan MRA (Magnetic Resonance Angiografi) carotis, dsb.
4. Kontra Indikasi
 Pemasangan alat-alat logam dalam tubuh seperti pacemakers, pemasangan alat logam pada ortopedik.
 Pasien yang hamil.

B. Penatalaksanaan

 Persiapan Pasien
Pemeriksaan MRI tidak memerlukan banyak persiapan khusus. MRI tidak memberikan rasa sakit. Waktu yang diperlukan adalah berkisar antara 30-45 menit. Pasien diharap tidak mengenakan aksesoris tubuh yang berasal dari bahan logam secara berlebih. Hal ini penting karena MRI menggunakan prinsip magnetisasi. Pasien akan diminta diam untuk beberapa saat sampai prose magnetisasi selesai. Ada baiknya pasien melihat dulu alat MRI beberapa saat sebelum prosedur dilakukan. Hal ini terutama sekali dianjurkan bagi orang-orang yang memiliki ketakutan terhadap ruang sempit (klustrofobia). Pada pemeriksaan tertentu diperlukan kontras. Pada Anda akan disuntikkan zat kontras, kemudian dilakukan MRI ulang. Pemberian kontras adalah prosedur yang sangat aman, dikerjakan sesuai prosedur, dan dikerjakan oleh ahlinya.






 Alat yang di gunakan




 Keunggulan dari MRI
 Dalam praktek klinik, MRI digunakan untuk membedakan berbagai jaringan patologis (misalnya tumor, pembengkakan) dari jaringan tubuh yang normal. Perbedaan dapat dilihat dengan sangat jelas dan kontras.
 Coba lihat gambar di bawah ini yang menunjukkan MRI pada berbagai organ tubuh. Gambar MRI dapat memberikan kontras yang sangat baik antara berbagai jaringan tubuh (tulang, otot, cairan), dan mampu membedakan jaringan yang normal dan tidak normal.



 Salah satu keunggulan yang lain adalah keamanan MRI. MRI menggunakan prinsip medan magnet, dan bukan radiasi non ion seperti alat radiologi yang tradisional. Penggunaan radiasi berlebih memiliki berbagai dampak negatif bagi tubuh.

 Prosedur Pelaksanaan
 Pertama, putaran nukleus atom molekul otot diselarikan dengan menggunakan medan magnet yang berkekuatan tinggi.
 Kemudian, denyutan/pulsa frekuensi radio dikenakan pada tingkat menegak kepada garis medan magnet agar sebagian nuklei hidrogen bertukar arah.
 Selepas itu, frekuensi radio akan dimatikan menyebabkan nuklei berganti pada konfigurasi awal. Ketika ini terjadi, tenaga frekuensi radio dibebaskan yang dapat ditemukan oleh gegelung yang mengelilingi pasien.
 Sinyal ini dicatat dan data yang dihasilkan diproses oleh komputer untuk menghasilkan gambar otot.



 Secara garis besar instrumen MRI terdiri dari:
 Sistem magnet yang berfungsi membentuk medan magnet.
 Sistem pencitraan berfungsi membentuk citra yang terdiri dari 3 buah kumparan koil, yaitu : Gradien koil X, untuk membuat citra potongan sagital, Gardien koil Y, untuk membuat citra potongan koronal, dan Gradien koil Z untuk membuat citra potongan aksial. Bila gradien koil X, Y dan Z bekerja secara bersamaan maka terbentuk potongan oblik.
 Sistem frekuensi radio berfungsi membangkitkan dan memberikan radio frekuensi serta mendeteksi sinyal.
 Sistem komputer berfungsi untuk membangkitkan urutan pulsa, mengontrol semua komponen alat MRI dan menyimpan memori beberapa citra. Sistem pencetakan citra, berfungsinya untuk mencetak gambar pada film Rongent atau untuk menyimpan citra.

Berikut ini contoh potongan gambar hasil MRI :












4. Electroncephalography (EEC)

A. Test Diagnostik

1. Pengertian
Adalah suatu cara untuk merekam aktifitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh.
2. Tujuan
 Umum
Memberikan pengetahuan dalam interpretasi EEG dan melatih keterampilan dalam melakukan perekaman EEG dengan baik dan benar, sesuai standard minimal yang ditentukan oleh The American EEG Guideline of EEG yang diterima secara internasional.
 Khusus
 Peserta dapat melakukan perekaman EEG mulai dari persiapan perekaman, anamnesa, penempatan elektroda dengan system Internasional 10-20, menjalankan mesin EEG, merekam EEG dengan teknik yang benar, sampai dengan penutupan perekaman.
 Peserta dapat merawat mesin EEG beserta asesorisnya.
 Peserta dapat mengetahui artefak EEG dan menghilangkannya, sehingga dapat menghasilkan rekaman EEG yang baik dan bebas dari artefak.
 Peserta dapat mengidentifikasi variasi normal gelombang EEG sehingga tidak terjadi over diagnosed.
 Peserta mengerti apa yang harus dilakukan apabila terjadi kejang maupun hal-hal lain selama perekaman.
 Peserta mengerti tentang teknik perekaman pada keadaan-keadaan khusus seperti kejang, gangguan pertumbuhan dan perkembangan, coma dan brain death.
 Peserta mengetahui tentang pola EEG normal, baik dalam keadaan sadar maupun tidur.
 Peserta mengetahui tentang pola EEG abnormal seperti slow wave, epileptiform pattern, special pattern dan special pattern used only in patient stupor or coma.Peserta dapat melokalisasi gelombang EEG abnormal dengan menggunakan mesin pembaca EEG digital.
3. Indikasi
 Untuk mendiagnosa epilepsi, kematian otak
 Ensefalitis
 Keadaan dimensia
 Evaluasi pengobatan intoksikasi

B. Penatalaksanaan
 Persiapan Pasien
 Penyuluhan Kesehatan
 Penderita diberitahu hal-hal yang akan dilakukan. EEG akan dikerjakan di ruangan yana aman (Laboratory diagnostic) oleh tekhnisian EEG. Di dalam ruang penderita akan dipasang elektroda sebanyak 16-24 denagn pasta. Elektroda yang kecil tersebut akan dihubungkan dengan mesin EEG. Tunjukan melalui gambar atau video casste bila memungkinkan.
 Menganjurkan kepada pasien untuk membebaskan rasa gelisa selam 45-60 menit, pemasangan alat bukan merupakan alat yang berbahaya.
 Melakukan pendekatan kepada pasien untuk mengurangi kemungkinan terjadinya stres, kecemasan atau gemetaran akibat pemasangan elektroda
 Menjelaskan kepada pasien bahwa pada waktu pemeriksaan harus dalam keadaan relaksasi sempurna, duduk atau tiduran dengan tanpa getaran sedikitpun sehingga mendapatkan hasil yang baik.
 Anjurkan pasien untuk mengikuti perintah petugas selama prosedur, antara lain:
 Hyperventilasi selama 3-5 menit
 Usahakan untuk tetap dapat menutup mata
 Fisik
 Obat-obatan seperti depresan susunan saraf pusat (Alkohol atau tranqualizer) atau stimulan tidak diberikan selama 24 jam sebelum pemeriksaan dilakukan, karena akan memberikan pengaruh terhadap aktivitas listrik otak. Dokter akan memberikan instruksi untuk pemberian anti konvulsi bila perlu 24-48 jam sebelum tindkan.
 Cairan yang mengandung cefein seperti copi, coklat dan teh tidak diberikan selama sebelum tindakan dilakukan.
 Rambut harus bersih, bebas dari spray,minyak,lotion dan hair fastener
 Pasien harus makan pagi sebelum dilakukan pemeriksaan, karena hypoglikemia menyebabkan ketidak normalan potensial listrik.

 Prosedur Pelaksanaan
 Posisi pasien berbaring, ciptakan suasana sedemikian rupa sehingga nyaman bagi pasien.
 Petugas EEG menempelkan 16-24 elektroda pada lokasi yang spesifik pada kulit kepala serta menghubungukannya melalui kawat peghubung ke mesin/alat EEG.
 Garis dasar (Gambar dasar) dihasilkan mengikuti 3 urutan pemeriksaan yaitu hyperventilasi, stimulasi “photic” dan tidur.
 Hyperventilasi :
Pasien dianjurkan untuk melakukan hyperventilasi dengan cara mengambil nafas 30-40 nafas melalui mulut setiap menitnya selama 3-5 menit. Perlu diingat kenaikan pH serung (kira-kira 7,8) akan menaikan rangsangan neuron dan akan menyebabkan serangan aktifitas pada pasien epilepsi.
 Photic Stimulasi:
Cahaya yang silau difokuskan ke pasien dimana pasien di anjurkan untuk menutup matanya. Stimulasi ini akan menyebabkan aktivitas serangan bagi pasien yang mempunyai kecenderungan mendapat serangan.
 Tidur :
Pasien dianjurkan untuk tidur. Jika pasien tidak tidur dsaat diberikan hipnotik yang bekerjanya cepat. Hasil perekaman dari aktivitas listrik tersebut diinterprestasikan oleh neurologi.





















5. Elektromiografi (EMG)

A. Test Diagnostik

1. pengertian
adalah teknik untuk mengevaluasi dan rekaman aktivitas listrik yang dihasilkan oleh otot rangka. EMG dilakukan menggunakan alat yang disebut Electromyograph, untuk menghasilkan rekaman yang disebut
elektromiogram. Sebuah. Electromyograph mendeteksi potensial listrik yang dihasilkan oleh sel-sel otot ketika sel-sel ini elektrik atau neurologis diaktifkan. Sinyal dapat dianalisis untuk mendeteksi kelainan medis, tingkat aktivasi, perintah rekrutmen atau untuk menganalisa biomekanik gerakan manusia atau hewan.
2. Tujuan
 Membantu membedakan antara gangguan otot primer seperti distrofi otot dan gangguan sekunder.
 Membantu menentukan penyakit degeneratif saraf sentral.
 Membantu mendiagnosa gangguan neuromuskuler seperti myestenia gravis.
3. Indikasi
 Mendiagnosa adanya kelainan otot
 Gangguan kondisi neuromuscular.
4. Kontra Indikasi

 Pasien tidak koorperatif
 Terapi antikoagulasi atau penyakit karena pendarahan.




B. Penatalaksanaan
 Persiapan pasien
 Menginformasikan kepada pasien seluruh pemeriksaan prosedur ini akan menyebabkan ganguan rasa nyaman sementara, khususnya bila pasien sendiri bila di beri rangsangan listrik.
 Pastikan bahwa pasien tidak menggunakan obat-obat depresan atau sedatif 24 jam sebelum prosedur
 Cegah terjadinya syok listrik.
 Mengurangi rasa takut dan rasa sakit .
 Hasil Kerja EMG

 Hasil Normal
Jaringan otot saat istirahat biasanya elektrik aktif. Setelah aktivitas listrik yang disebabkan oleh iritasi subsidi penyisipan jarum, Electromyograph harus mendeteksi ada aktivitas spontan abnormal (yaitu, otot pada istirahat harus elektrik diam, dengan pengecualian daerah sambungan neuromuskuler, yang, dalam keadaan normal , sangat spontan aktif). Ketika otot secara sukarela dikontrak, potensial aksi mulai muncul. Sebagai kekuatan kontraksi otot meningkat, serat otot lebih banyak dan lebih menghasilkan potensial aksi. Ketika otot sepenuhnya dikontrak, ada akan muncul sebuah kelompok teratur potensi tindakan tarif yang bervariasi dan amplitudo (a perekrutan lengkap dan pola interferensi).





 Hasil Abnormal
EMG digunakan untuk mendiagnosa penyakit yang umumnya dapat diklasifikasikan ke dalam salah satu kategori berikut: neuropati, penyakit sambungan neuromuskuler dan myopathies.
 Penyakit neuropatik memiliki karakteristik berikut mendefinisikan EMG:
 Sebuah amplitudo potensial aksi yang dua kali normal karena peningkatan jumlah serat per unit motor karena reinervasi dari serat denervasi
 Peningkatan durasi aksi potensi
 Penurunan jumlah unit motor di otot (seperti yang ditemukan menggunakan teknik nomor motor unit estimasi
 Penyakit miopati memiliki karakteristik EMG menentukan:
 Penurunan durasi tindakan potensial
 Penurunan di daerah tersebut untuk rasio amplitudo potensial aksi
 Penurunan jumlah unit motor di otot (dalam kasus yang sangat parah saja)
 Karena individualitas masing-masing pasien dan penyakit, beberapa karakteristik ini mungkin tidak muncul dalam setiap kasus.
 Hasil abnormal dapat disebabkan oleh kondisi medis berikut (harap dicatat ini adalah tempat di dekat sebuah daftar lengkap dari kondisi yang dapat mengakibatkan EMG abnormal):
• Beralkohol neuropati
• Amyotrophic lateral sclerosis
• Sindrom kompartemen anterio
• Aksiler saraf disfungsi
• Distrofi otot Becker
• Brakialis plexopathy
• Carpal tunnel syndrome
• Centronuclear miopati
• Serviks spondylosis
• Charcot-Marie-Tooth penyakit
• Kronis kekebalan demielinasi Poli [radiculo] neuropati (CIDP)
• Disfungsi saraf Common peroneal
• Denervasi (stimulasi saraf berkurang)
• Dermatomiositis
• Distal disfungsi saraf median
• Duchenne distrofi otot
• acioscapulohumeral distrofi otot (Landouzy-Dejerine)
• Paralisis periodik Keluarga
• Disfungsi saraf femoralis
• Kolom kondisi
• Friedreich ataxia
• Guillain-Barre
• Lambert-Eaton Sindrom
• Mononeuritis multiplex
• Mononeuropathy
• Penyakit Motor neuron
• Beberapa sistem atrofi
• Myasthenia gravis
• Miopati (otot degenerasi, yang dapat disebabkan oleh sejumlah gangguan, termasuk distrofi otot)
• Myotubular miopati
• Neuromyotonia
• Peripheral neuropath
• Poliomyelitis
• Polymyositis
• Radial disfungsi saraf
• Disfungsi siatik saraf
• Polineuropati sensorimotor
• Tidur bruxism
• Spinal stenosis
• Thyrotoxic paralisis periodic
• Disfungsi tibial saraf
• Ulnaris saraf disfungsi.
 Prosedur Pelaksanaan
 Prosedur dapat dilakukan disamping tempat tidur atau di ruangan tindakan khusus.
 Elektrode di tempatkan pada syaraf-syaraf yang akan di periksa
 Dimulai dengan dosis kecil rangsangan listrik melalui elektrode ke saraf dan otot, apabila konduksi pada syaraf selesai maka otot akan segera berkontraksi.
 Untuk mengetahui poensial otot di gunakan macam-macam jarum elektroda dari nomor 1,3-7,7 cm.
 Pasien mungkin di anjurkan untuk melakukan aktivitas untuk mengukur potensial otot selama kontraksi minimal dan maksimal.
 Derajat aktivitas saraf dan otot di rekam pada osiloskop dan akan memberikan gambaran grafik yang dapat di baca.
 Perawat berusaha memberikan rasa nyaman dan memantau daerah penusukan terhadap kemungkinan terjadinya hematoma.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar