Rabu, 11 Mei 2011

askep cerebral palsy pada anak

BAB I
PENDAHULUAN
Palsy Cerebralis merupakan kelainan motorik yang banyak di ketemukan pada anak-anak. Di klinik tumbuh kembang RSUD Dr. Soetomo pada periode 1988-1991, sekitar 16,8% adalah dengan palsy Cerebralis. William Little yang pertama kali mempublikasikan kelainan ini pada tahun 1843, menyebutkan dengan istilah serebral diplegia sebagai akibat dari prematuritas atau asfiksia Neonatorium. Pada waktu itu kelainan ini di kenal sebagai penyakit dari Little. Sigmund Freud menyebutkan kelainan ini dengan istilah Infatil Cerebral Faralisis. Sedangkan Sir William Osler adalah yang pertama kali memperkenalkan istilah Cerebral palsy. Nama lainnya adalah static encefalophaties of Chaildhood.
Angka kejadian sekitar 1-5 per 1000 anak. Laki-laki banyak daripada wanita. Sering terdapat pada anak pertama, mungkin karna anak pertama mengalami kesulitan pada waktu dilahirkan. Angka kejadiannya lebuh tinggi pada bayi BBLR dan anak kembar. Umur ibu sering dari 40 tahun, lebih-lebih dari multi para.
Franky (1994) pada penelitiannya di RSUP Sangatlah. Denpasar mendapatkan bahwa 58,3% penderita palsy Cerebralis di teliti adalah laki-laki, 62,5% anak pertama, umur ibu semua di bawah 30 tahun, 87,5% berasal dari persalinan spontan letak kepala dan 75% dari kehamilan cukup bulan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Definisi yang dipakai secara luas adalah definisi menurut Bax (dikutip dari Thamrin Syam) dimana dikatakan bahwa: Palsy Cerebralis adalah suatu kelainan gerakan dan postur yang tidak progresif, oleh karna suatu kerusakan/ gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhannya.
Walaupun lesi Cerebral tersebut bersifat statis dan tidak progresif, tetapi tanda-tanda perkembangan Neurom Perifer akan berubah akibat dari maturasi sesuai dengan bertambahnya umur anak.
Tetapi yang masih menjadi kontroversi adalah tentang sampai umur berapa otak dikatakan sedang tumbuh itu, ada penulis yang mengatakan sampai 5 tahun dan ada juga yang mengatakan sampai 8 tahun. Demikian pula dengan pemakaian istilah ”Cerebral” pada palsy Cerebralis di anggap kurang tepat, karena kerusakan tidak hanya pada korteks Cerebralis, tetapi juga dapat mengenai ganglia basalis, pontina, pusat-pusat pada subkortikal midbrain atau serebelum. Istilah "palsy” juga kurang tepat, karena pada palsy cerebralis jarang di temukan paralisis, tetapi yang Nampak adalah hipotoni, gerakan yang berlebihan atau gangguan control motorik.

B. ETIOLOGI
Palsy Cerebralis dapat disebabkan faktor genetik ataupun faktor lainnya. Apabila ditemukan lebih dari satu anak yang menderita kelainan ini, maka kemungkinan besar disebabkan faktor genetik. Sedangkan hal-hal lainnya diperkirakan sebagai penyebab palsy cerebralis adalah sebagai berikut:
1. Pranatal
Infeksi terjadi pada masa kandungan, menyebabkan kelainan pada janin, misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubela dan penyakit infeksi sitomegalik. Kelainan yang menyolok biasanya gangguan pergerakan dan retardasi mental. Anoksia dalam kandungan, terkena radiasi sinar-X dan keracunan kehamilan dapat menimbulkan paralisis serebral.
2. Perinatal
a. Anoksia/hipoksia. Penyebab terbanyak ditemukan dimulai pada masa perinatal ialah cedera otak. Keaaan inilah yang menyebabkan terjadinya anoksia. Hal demikian terjadi pada keadaan presentasi bayi abnormal, disproporsi sefalopelvik, partus lama, plasenta previa, infeksi plasenta, partus menggunakan bantuan alat tertentu dan lahir dengan seksio sesar.
b. Perdarahan otak. Perdrahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga sukar membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak, mengganggu pusat pernapasan dan peredaran darah sehingga terjadi anoksia. Perdarahan dapat terjadi di ruang subaraknoid dan menyebabkan penyumbatan CSS sehingga mengakibatkan hidrosefalus. Perdarahan di ruang subdural dapat menekan korteks serebri sehingga timbul kelumpuhan spastis.
c. Prematuritas. Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita perdarahan otak lebih banyak dibandingkan dengan bayi cukup bulan, karena pembulu darah, enzim, faktor pembekuan darah dan lain-lain masih belum sempurna.
d. Ikterus. Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak yang kekal akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal, misalnya pada kelainan inkompatibilitas golongan darah.
e. Meningitis purulenta. Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa palsi serebral.
3. Pascanatal.
Setiap kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu perkembangan dapat menyebabkan paralisis serebral misalnya pada trauma kapitis, meningitis, ensefalitis dan luka parut pada otak pascaoperasi.

C. MANIFESTASI KLINIS
a. Spastisitas
Terdapat peninggian tonus otot dan refleks yang disertai dengan klonus dan reflek Babinski yang positif. Tonus otot yang meninggi itu menetap dan tidak hilang meskipun penderita dalam keadaan tidur. Peninggian tonus ini tidak sama derajatnya pada suatu gabungan otot, karena itu tampak sifat yang khas dengan kecenderungan terjadi kontraktur, misalnya lengan dalam aduksi, fleksi pada sendi siku dan pergelangan tangan dalam pronasi serta jari-jari dalam fleksi sehingga posisi ibu jari melintang di telapak tangan.
Tungkai dalam sikap aduksi, fleksi pada sendi paha dan lutut, kaki dalam flesi plantar dan telapak kaki berputar ke dalam. Tonic neck reflex dan refleks neonatal menghilang pada waktunya. Kerusakan biasanya terletak di traktus kortikospinalis. Bentuk kelumpuhan spastisitas tergantung kepada letak dan besarnya kerusakan yaitu monoplegia/ monoparesis. Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi salah satu anggota gerak lebih hebat dari yang lainnya; hemiplegia/ hemiparesis adalah kelumpuhan lengan dan tungkai dipihak yang sama; diplegia/ diparesis adalah kelumpuhan keempat anggota gerak tetapi tungkai lebih hebat daripada lengan; tetraplegia/ tetraparesis adalah kelimpuhan keempat anggota gerak, lengan lebih atau sama hebatnya dibandingkan dengan tungkai.
Golongan spastitis ini meliputi / 3 – ¾ penderita cerebral palsy. Bentuk kelumpuhan spastitis tergantung kepada letak dan besarnya kerusakan, yaitu:
1) Monoplegia/ Monoparesis
Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi salah satu anggota gerak lebih hebat dari yang lainnya.
2) Hemiplegia/ Diparesis
Kelumpuhan lengan dan tungkai dipihak yang sama.
3) Diplegia/ Diparesis
Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi tungkai lebih hebat daripada lengan.
4) Tetraplegia/ Tetraparesis
Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi lengan lebih atau sama hebatnya dibandingkan dengan tungkai.
b. Tonus otot yang berubah
Bayi pada golongan ini, pada usia bulan pertama tampak fleksid (lemas) dan berbaring seperti kodok terlentang sehingga tampak seperti kelainan pada lower motor neuron. Menjelang umur 1 tahun barulah terjadi perubahan tonus otot dari rendah hingga tinggi. Bila dibiarkan berbaring tampak fleksid dan sikapnya seperti kodok terlentang, tetapi bila dirangsang atau mulai diperiksa otot tonusnya berubah menjadi spastis, Refleks otot yang normal dan refleks babinski negatif, tetapi yang khas ialah refelek neonatal dan tonic neck reflex menetap. Kerusakan biasanya terletak di batang otak dan disebabkan oleh afiksia perinatal atau ikterus.
c. Koreo-atetosis
Kelainan yang khas yaitu sikap yang abnormal dengan pergerakan yang terjadi dengan sendirinya (involuntary movement). Pada 6 bulan pertama tampak flaksid, tetapa sesudah itu barulah muncul kelainan tersebut. Refleks neonatal menetap dan tampak adanya perubahan tonus otot. Dapat timbul juga gejala spastisitas dan ataksia, kerusakan terletak diganglia basal disebabkan oleh asfiksia berat atau ikterus kern pada masa neonatus.
d. Ataksia
Ataksia adalah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya flaksid dan menunjukan perkembangan motorik yang lambat. Kehilangan keseimbangan tamapak bila mulai belajar duduk. Mulai berjalan sangat lambat dan semua pergerakan canggung dan kaku. Kerusakan terletak diserebelum.
e. Gangguan pendengaran
Terdapat 5-10% anak dengan serebral palsi. Gangguan berupa kelainan neurogen terutama persepsi nadi tinggi, sehingga sulit menangkap kata-kata. Terdapat pada golongan koreo-atetosis.
f. Gangguan bicara
Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retradasi mental. Gerakan yang terjadi dengan sendirinya dibibir dan lidah menyebabkan sukar mengontrol otot-otot tersebut sehingga anak sulit membentuk kata-kata dan sering tampak anak berliur.
g. Gangguan mata
Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refraksi.pada keadaan asfiksia yang berat dapat terjadi katarak.
h. Paralisis
Dapat berbentuk hemiplegia, kuadriplegia, diplegia, monoplegia, triplegia. Kelumpuhan ini mungkin bersifat flaksid, spastik atau campuran.


i. Gerakan involunter
Dapat berbentuk atetosis, khoreoatetosis, tremor dengan tonus yang dapat bersifat flaksid, rigiditas, atau campuran.
j. Kejang
Dapat bersifat umum atau fokal.
k. Gangguan perkembangan mental
Retardasi mental ditemukan kira-kira pada 1/3 dari anak dengan cerebral palsy terutama pada grup tetraparesis, diparesis spastik dan ataksia. Cerebral palsy yang disertai dengan retardasi mental pada umumnya disebabkan oleh anoksia serebri yang cukup lama, sehingga terjadi atrofi serebri yang menyeluruh. Retardasi mental masih dapat diperbaiki bila korteks serebri tidak mengalami kerusakan menyeluruh dan masih ada anggota gerak yang dapat digerakkan secara volunter. Dengan dikembangkannya gerakan-gerakan tangkas oleh anggota gerak, perkembangan mental akan dapat dipengaruhi secara positif.
l. Problem emosional terutama pada saat remaja.

D. PATOFISIOLOGI
• Adanya maflormasi pada otak, penyumbatan pada vaskuler, atropi, hilangnya neuron dan degenerasi laminar akan menimbulkan narrower gyri, saluran sulci dan berat otak rendah.
• Anoxia merupakan penyebab yang berarti dengan kerusakan otak, atau sekunder dari penyebab mekanisme yang lain. CP (Cerebral Palsy) dapat dikaitkan dengan prematur yaitu spastik displegia yang disebabkan oleh hypoxic infarction atau hemorrage dalam ventrikel.
• Type athetoid/dyskenetik disebabkan oleh kernicterus dan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, adanya berdeposit dalam basal ganglia dan beberapa saraf nuclei kranial. Selain itu juga dapat terjadi bila basal ganglia mengalami injury yang ditandai dengan tidak terkontrol; pergerakan yang tidak disadari dan lambat.
• Type CP hemiparetic, karena trauma pada kortek atau CVA pada arteri cerebral tengah. Cerebral hypoplasia; hypoglicernia neonatal dihubungkan dengan ataxia CP.
• Spastic CP yang paling sering dan melibatkan kerusakan pada motor korteks yang ditandai dengan ketegangan otak dan hiperresponsif. Refleks tendon yang dalam akan mengingkatkan dan menstimulasi yang dapat menyebabkan pergerakan sentakan yang tiba-tiba pada sedikit atau semua ekstermitas.
• Ataxic CP adanya injury dari serebelum yang mana mengatur koordinasi, keseimbangan dan kinestik. Akan tampak pergerakan yang tidak terkoordinasi pada ekstermitas atas bila anak memegang/menggapai benda. Ada pergerakan berulang dan cepat namun minimal.
• Rigid/tremor/atonic CP ditandai dengan kekakuan pada kedua otot fleksor dan ekstensor. Type ini mempunyai prognosis yang buruk karena ada deformitas multipel yang terkait dengan kurangnya pergerakan aktif.
• Secara umum cortical dan antropy cerebral menyebabkan beratnya kuadriparesis dengan retardasi mental dan microcephaly.

E. PATOGENESIS
Perkembangan susunan saraf dimulai dengan terbentuknya neural tube yaitu induksi dorsal yang terjadi pada minggu ke 3-4 masa gestasi dan induksi ventral, berlangsung pada minggu ke 56 masa gestasi. Setiap gangguan pada masa ini bisa mengakibatkan terjadinya kelainan kongenital seperti kranioskisis totalis, anensefali, hidrosefalus dan lain sebagainya.
Fase selanjutnya terjadi proliferasi neuron, yang terjadi pada masa gestasi bulan ke 24. Gangguan pada fase ini bisa mengakibatkan mikrosefali, makrosefali.
Stadium selanjutnya yaitu stadium migrasi yang terjadi pada masa gestasi bulan 35. Migrasi terjadi melalui dua cara yaitu secara radial, sd berdiferensiasi dan daerah periventnikuler dan subventrikuler ke lapisan sebelah dalam koerteks serebri; sedangkan migrasi secara tangensial sd berdiferensiasi dan zone germinal menuju ke permukaan korteks serebri. Gangguan pada masa ini bisa mengakibatkan kelainan kongenital seperti polimikrogiri, agenesis korpus kalosum.
Stadium organisasi terjadi pada masa gestasi bulan ke 6 sampai beberapa tahun pascanatal. Gangguan pada stadium ini akan mengakibatkan translokasi genetik, gangguan metabolisme. Stadium mielinisasi terjadi pada saat lahir sampai beberapa tahun pasca natal. Pada stadium ini terjadi proliferasi sd neuron, dan pembentukan selubung mialin.
Kelainan neuropatologik yang terjadi tergantung pada berat dan ringannya kerusakan Jadi kelainan neuropatologik yang terjadi sangat kompleks dan difus yang bisa mengenai korteks motorik traktus piramidalis daerah paraventkuler ganglia basalis, batang otak dan serebelum.
Anoksia serebri sering merupakan komplikasi perdarahan intraventrikuler dan subependim Asfiksia perinatal sering berkombinasi dengan iskemi yang bisa menyebabkan nekrosis.
Kerniktrus secara klinis memberikan gambaran kuning pada seluruh tubuh dan akan menempati ganglia basalis, hipokampus, sel-sel nukleus batang otak; bisa menyebabkan cerebral palsy tipe atetoid, gangguan pendengaran dan mental retardasi. Infeksi otak dapat mengakibatkan perlengketan meningen, sehingga terjadi obstruksi ruangan subaraknoid dan timbul hidrosefalus. Perdarahan dalam otak bisa meninggalkan rongga yang berhubungan dengan ventrikel.
Trauma lahir akan menimbulkan kompresi serebral atau perobekan sekunder. Trauma lahir ini menimbulkan gejala yang ireversibel. Lesi ireversibel lainnya akibat trauma adalah terjadi sikatriks pada sel-sel hipokampus yaitu pada kornu ammonis, yang akan bisa mengakibatkan bangkitan epilepsi.

F. KOMPLIKASI
• Kontraktur
• Sering mengalami infeksi pernafasan karena kurangnya aktifitas
• Retardasi mental
• Konstipasi
• Gangguan pendengaran

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• Riwayat dan gambaran klinik
• Pemeriksaan refleks
• EEG
• CT Scan
• Pemeriksaan Elektronik

H. PENATALAKSANAAN
1. Terapi fisik
• Brances (alat penyokong)
• Splint (pembalutan)
• Casting (pemasangan gibs)
2. Alat-alat: kursi roda atau yang lainnya.
3. Terapi kerja; menulis, makan, minum, dll (ADL)
4. Terapi bicara
5. Pendidikan khusus
6. Terapi medik; spastic, nyeri sekunder kondisi bladder

II. KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
• Identifikasi anak yang mempunyai risiko
• Kaji iritabel anak, kesukaran dalam makan, perkembangan terlambat, perkembangan pergerakan kurang, poster tubuh yang abnormal, reflelks bayi yang persisten, ataxica, kurangnya tonus otot.
• Monitor respon untuk bermain
• Kaji fungsi intelektual anak

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko injury berhubungan dengan spasme, pergerakan yang tidak terkontrol dan kejang
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan apasme dan kelemahan otot-otot
3. Perubahan tumbuh kembang berhubungan dengan gangguan neuromuskular
4. Gangguan komunitas verbal berhubungan dengan gangguan neuromuskular dan kesukaran dalam artikulasi
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesukaran menelan dan meningkatnya aktivitas
6. Risiko aspirasi berhubungan dengan gangguan neuromuskular
7. Perubahan proses pikir berhubungan dengan gangguan serebral injury, ketidakmampuan belajar
8. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan spasme otot meningkatnya aktivitas, perubahan kognitif
9. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah dan kebutuhan terapi
10. Perubahan peran orang tua berhubungan dengan ketidak mampuan anak dalam kondisi kronik
11. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penggunaan atau alat penyokong

C. PERENCANAAN
1. Anak akan selalu aman dan terbebas dari injury
2. Anak akan memiliki kemampuan pergerakan yang maksimum dan tidak mengalami kontraktur
3. Anak akan mengeksplorasi cara belajar dan ikut berpartisipasi dengan anak lain dalam melakukan beberapa aktivitas
4. Anak akan mengekspresikan tentang kebutuhan dan mengebangkan metoda dalam berkomunikasi dengan orang lain
5. Kebtuhan status nutrisi anak akan tetap terpenuhi yang ditandai dengan berat badan dalam batas normal
6. Anak tidak mengalami aspirasi
7. Anak akan menunjukkan tingkat kemampuan belajar yang sesuai
8. Kebutuhan sehari-hari anak terpenuhi
9. dan 10. Orang tua atau keluarga menunjukkan pemahaman terhadap kebutuhan perawatan anak yang ditandai dengan ikut berperan aktif dalam perawatan anak
11. Anak tidak menunjukkan gangguan integritas kulit yang ditandai dengan kulit tetap utuh.

D. IMPLEMENTASI
1. Meningkatakn kebutuhan keamanan dan mencegah injury
• Hndari anak dari benda-benda yang membahayakan ; misalnya dapat terjatuh
• Perhatikan anak-anak saat beraktifitas
• Beri istirahat bila anak lelah
• Gunakan alat pengaman bila diperlukan
• Bila ada kejang; pasanga alat pengaman dimulut agar lidah tidak tergigit
• Lakukan suction
• Pemberian anti kejang bila terjadi kejang
2. Meningkatkan kemampuan mobilitas fisik
• Kaji pergerakan sendi –sendi dan tonus otot
• Lakukan terapi fisik
• Lakukan reposisi setiap 2 jam
• Evaluasi kebutuhan alat-alat khusus untuk makan, menulis, membaca, dan aktivitas
• Ajarkan dalam menggunakan alat bantu jalan
• Ajarkan cara bantu duduk, merangkak pada anak kecil, berjalan dll
• Ajarkan bagaimana cara menggapai benda
• Ajarkan untuk menggerakkan anggota tubuh
• Ajarkan ROM (Range Of Motion) yang sesuai
• Beri periode istirshat
3. Meningkatkan kebutuhan tumbuh kembang dalam tingkat yang optimum
• Kaji tingkat tumbuh kembang
• Ajarkan untuk intervensi awal dengan terapi rekreasi dan aktivitas sekolah
• Berikan aktivitas yang sesuai, menarik dan dapat dilakukan aleh anak
4. Meningkatkan komunikasi
• Kaji respon dalam berkomunikasi
• Gunakan kartu/gambar-gambar/papan tulis untuk memfasilitasi komunikasi
• Libatkan keluarga dalam melatih anak berkomunikasi
• Rujuk ke ahli terapi bicara
• Ajarkan dan kaji makna non verbal
• Latih dalam penggunaan bibir, mulut dan lidah
5. Meningkatkan kebutuhan status nutrisi
• Kaji pola makan anak
• Timbang berat badan setiap hari
• Berikan nutrisi yang adekuat dan makanan yang disukai, banyak mengandung protein, mineral dan vitamin
• Berikan makanan ekstra yang mengandung banyak kalori
• Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan kemampuannya
• Bantu selama anak memenuhi kebutuhan; makan dan minum
6. Mencegah terjadinya aspirasi
• Lakukan suction segera bila ada sekret
• Berikan posisi tegak lurus atau setengah duduk saat makan dan minum
• Kaji pola pernafasan
7. Meningkatkan kebutuhan intelektual
• Kaji tingkat pemahaman anak
• Ajarkan dalam memahami percakapan dengan verbal atau non verbal
• Ajarkan menulis dengan menggunakan papan tulis atau alat lain dapat digunakan sesuai kemampuan orang tua dan anak
• Ajarkan membaca dan menulis sesuai dengan kebutuhannya
8. Memenuhi kebutuhan sehari-hari
• Kaji tingkat kemampuan anak dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
• Bantu dalam pemenuhan kebutuhan; makan minum, eliminasi, kebutuhan perseorangan, mengenakan pakaian, aktivitas bermain
• Libatkan keluarga dan bagi anak yang kooperatif dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
9. Meningkatkan pengetahuan dan peran orang tua dalam memenuhi kebutuhan perawatan anak
• Kaji tingkat pengetahuan orang tua
• Ajarkan orang tua untuk mengekspresikan perasaan tentang kondisi
• Ajarkan orang tua dalam memenuhi kebutuha perawatan anak
• Ajarkan tentang kondisi yang dialami anak dan terkait dengan latihan terapi fisik dan kebutuhan
• Tekankan bahwa orang tua atau keluarga mempunyai peranan penting dalam membantu pemenuhan kebutuhan
• Elaskan pentingnya pemenuhan kebutuhan bermain dan sosialisasi pada orang lain
10. Mencegah kerusakan integritas kulit
• Kaji area yang terpasang alat penyokong
• Gunakan lotion kuit untuk mencegah kulit kering
• Lakukan pemijatan pada area yang tertekan
• Berikan posisi yang nyaman dan berikan support dengan bantal
• Pastikan bahwa alat penyokong atau balutan tepat dan terfiksasi

E. PERENCANAAN PEMULANGAN
• Berikan informasi pada orang tua/keluarga tentang perkembangan anak, prognosis, rencana perawatan dan berikan jawaban yang jujur bila mereka menanyakan dan ajarkan bagaimana keterlibatan mereka dalam pengambilan keputusan perawatan anak bila mungkin
• Ajarkan pada keluarga untuk mengekspresikan perasaan secara verbal tentang perhatian, perasaan bersalah, menolak, marah dan takut
• Kaji pengetahuan keluarga tehadap ketidak mampuan anak dan kebutuhan fisik, beraktivitas dan berbicara
• Demonstrasikan teknik pemberian makan pada anak untuk mencegah aspirasi
• Berikan pujian positif pada keluarga atas keterlibatannya dalam perawatan anak
• Jelaskan kemungkinan ada gejala aspirasi, distress pernafasan, retensi kandung kemih, konstipasi dan segera lapor keperawat
• Ajarkan bagaimana untuk mencegah kerusakan kulit bila ada pemasangan alat bantu atau penyokong
• Jelaskan penting menstimulasi anak dengan terapi bermain yang sesuai kondisi dan sosialisasi dengann orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
dr. Soetjiningsih, SpAK., (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. EGC.
Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Suriadai, Skp, MSN., Rita Yuliani, Skp, M.Psi. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Perpustakaan Nasional RI. Jakarta. CV.SAGUNG SETO.
http//file:///D:/FD/CP/askep-cerebral-palsy-pada-anak-cp.html.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar